Pesan akhir dari pulau sebrang

Perempuan yang belum pernah aku jumpai, perempuan yang menjadi melodi ketika malam berganti, dialah perempuan yang ada di sebrang pulau dan sedang menanti. Kami melewati tiap detik waktu dengan senang hati, tiap malam kami bercerita kegiatan yang kami alami.

Tidak mungkin ada lelaki yang tidak ingin berjumpa dengan kekasihnya, melihat wajahnya langsung di mata tanpa perantara dunia maya menjadi dambaan tiap para pemuda yang sedang jatuh cinta. Tidak mungkin ada lelaki yang tega melihat kekasihnya merintih terluka karena jarak yang tak dekat. Tidak mungkin ada lelaki yang tak ingin membahagiakan kekasihnya. 

Jarak kami terpisah oleh lautan, daratan yang saling terpisah itu konon dahulu adalah satu kesatuan, namun naas pada masa kini pulau itu terpisah oleh lempeng bumi. Sejak awal kami saling berkomunikasi, kami menyadari bahwa jarak kami memang jauh terpisah oleh garis geografi namun kami tetap percaya bahwa cinta bisa menyatukannya walupun butuh jutaan hari lamanya.

Seperti hubungan yang dijalani dua insan pada umumnya, sempat terjadi konflik antara aku dan dia, namun pada akhirnya kami berhasil melewatinya, itu yang aku pikir pada awalnya. Ada dimasa dimana dia sedang pergi untuk beberapa hari, jaraknya bisa sampai 6 jam lamanya untuk nya sampai ke tempat tujuannya. Selama beberapa hari itu kami sudah mulai jarang untuk berkomunikasi saling berbagi cerita, untuk ku itu tidak menjadi masalah karena aku tahu bagaimana keadaannya. Selama beberapa hari itu aku merindu dengan suaranya, mendengar bagaimana dia mengucapkan "Sayang" membuat ku tenang. Tidak perlu berjam-jam, 5 menit pun aku tidak masalah asalkan kita berdua bisa saling bertukar nada dan cerita. Selama beberapa hari itu aku terus merindu berharap ada kesempatan untukku, aku juga percaya bila waktunya tiba kami akan bisa saling berkomunikasi dan bercerita kembali seperti biasanya. Itu yang aku pikir sebelumnya. Ketika dia sudah kembali Ke rumah nya, aku memintanya agar kami bisa saling bercerita, namun karena lamanya perjalanan pulang, dia butuh waktu untuk beristirahat. keesokan harinya akupun meminta hal yang sama kepadanya, tapi kali ini dia sedang ada kegiatan di luar dan aku pun tidak masalah dengan itu, aku tetap menunggu kesempatan ku. 

Bak bunga mawar yang terjatuh dari genggaman seorang pemuda, seorang pemuda yang sedang menanti kekasihnya didepan pintu rumahnya untuk diajaknya pergi ke pesta dansa, namun suatu ketika pemuda itu tak sengaja melihat kearah jendela, ia melihat kekasihnya sedang asik bercerita dengan orang lain yang entah siapa. Naas nasib pemuda itu, ia langsung pergi dengan langkah kecilnya dari rumah itu.

Mungkin itu gambaran yang aku alami pada saat itu, malamnya aku menanyakan kebenaran akan kejadian tersebut, dan ia mengakuinya. Aku bilang padanya bahwa itu tidak adil, hancur lebur rasa rinduku, kenapa orang itu punya kesempatan untuk saling bercerita dengan mu sedangkan aku kekasihmu tidak punya? Kenapa orang itu yang menjadi prioritas mu? Tidak kah kamu menyadari betapa aku menanti datangnya kesempatan ku untuk bisa bercerita dengamu? Kamu bisa meluangkan waktu mu untuk nya dan kenapa untukku tidak? Aku tidak pernah minta waktu mu berjam-jam untuk ku, hitungan menit saja sudah cukup untuk ku menopang rasa rinduku.

Pada malam itu aku menutup semua saluran komunikasi ku, Enggan untuk ku mengangkat telepon dari nya. Tidak masalah bagi ku dengan siapa ia bercerita, sama sekali aku tidak mau tau, namun aku tidak suka cara dia memperlakukan ku. Pada malam itu juga ia mengirim pesan bahwa ia sudah tidak bisa berpura-pura bahwa ia baik-baik saja dengan jarak ini. Dan pada malam itu juga ia mengakhiri hubungan kami berdua.

Tidak terbesit sedikit pun dikepala ku untuk mengakhiri hubungan, karena sebelum-sebelum nya kami berhasil mengatasinya. Namun setelah membaca curahan hatinya yang mengatakan bahwa ia sudah tidak bisa berpura-pura untuk baik-baik saja dengan jarak antara kami berdua membuatku berpikir bahwa selama ini ia tersiksa. Aku pikir selama ini tiap gemulai nada yang keluar dari pita suaranya adalah kebahagiaan, namun ternyata aku salah menduga. Ternyata itu adalah tipu daya wanita, menutupi rintihannya dengan nada yang menggoda dan senyumnya yang memikat. Lelaki mana yang tega melihat kekasihnya merintih terluka karena jarak yang tak dekat?

Aku pikir berakhirnya nya hubungan kami berdua adalah yang terbaik untuk kami berdua.