Demokrasi yang dikebiri partai politik

Saya tidak punya background apa-apa mengenai politik, saya hanya seorang Gen Z yang sotoy dengan keadaan di negara ini sekarang. Sebagian besar gambaran yang saya dapat mengenai perpolitikan di Indonesia didapat dari konten kreator ataupun pelaku politik, beberapa nama yang mungkin menjadi referensi saya mengenai kancah perpolitikan di Indonesia yaitu Panji Pragiwaksono, Mahfud MD, Cania Citta Irlanie, Pangeran Siahaan, Hotman Paris Hutapea, dan Rocky Gerung 👀.

Negara ini mengadopsi Demokrasi sebagai sistem pemerintahannya, tentu saja demokrasi bukanlah sistem pemerintahan yang terbaik, tidak ada sistem pemerintahan yang terbaik. Salah satu contoh kebobrokan demokrasi adalah orang-orang yang tinggi posisinya dan memiliki harta yang melimpah bisa dipilih sebagai pemimpin dengan cara membeli suara rakyat.

Salah satu frasa yang muncul dari demokrasi yang mungkin saya suka "dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat". Kata-kata tersebut seperti plakat yang dipajang di atas dinding ruang kerja seorang koruptor.

Demokrasi sebagai bisnis adalah hal yang menggiurkan, jika kamu seorang pebisnis dan terpentok ijin untuk menggali tambang, mungkin memiliki keponakan yang seorang pejabat akan menyenangkan, atau menjadi seorang pejabat itu sendiri jadi salah satu solusinya, tapi karena kamu malas berurusan dengan rakyat kamu melobi pejabat setempat. Hanya dengan jabat tangan dengan segepok uang, kamu sudah bisa menggusur rumah-rumah warga di sana dengan ijin tanpa hambatan.

Untuk orang-orang yang menyalahkan rakyat karena memilih orang yang mungkin jahanam demi sepeser uang, mungkin kamu orang yang peduli, idealis dan berpendidikan. Tapi apakah kamu tau bahwa tidak semua orang mempunyai gaji tetap, ada yang dibayar harian dengan bayaran menyedihkan. Jika aku harus menghidupi istri dan 3 orang anak dengan bekerja sebagai tukang becak yang berpenghasilan sehari 50 ribu mungkin tawaran uang untuk mencoblos seorang jahanam adalah hal yang rasional bagiku. Mau bagaimanapun bertahan hidup dan berkembang biak adalah insting semua mahluk hidup.

Intinya yang mau aku katakan adalah sangat mudah untuk kamu menjadi pejabat jika punya banyak harta. Dan lagipula menjadi seorang penjabat juga bayarannya tidak besar, lebih besar menjadi pengusaha, tapi akan lebih besar lagi jika kamu berbisnis menggunakan jabatan kamu.

Belakangan saya tau bahwa dana biaya kampanye pemilihan presiden itu diatur oleh undang-undang. Intinya setiap calon tidak boleh lebih dari sekian untuk biaya kampanye, dan biaya itupun jika saya tidak salah didanai oleh negara. Hal tersebut mungkin bagus karena si A dan si B, biaya kampanyenya sama, jadi tidak ada adu harta kekayaan, siapa yang bisa pajang baliho lebih besar. Akan tetapi walaupun sudah ada aturannya, apakah benar dipatuhi?

Jika kamu ingin menjadi seorang presiden akan sangat amat sulit bagi kamu jika memilih jalur independen atau tanpa parpol (partai politik). Saya pribadi tidak begitu mencari tau apa fungsi parpol, kenapa harus ada parpol tapi yang pasti parpol sendiri mungkin perlu ada dan akan baik jika fungsinya benar-benar dijalankan sebagaimana mestinya. Yang saya lihat parpol itu menjadi satu kelompok yang mencoba menguasai pemerintahan, parpol sendiripun mungkin bisa dikuasai oleh sebuah keluarga.

Demokrasi di negri ini sudah lama menjadi lingkaran setan, tidak bisa kamu datang dari antah berantah lalu berteriak "ayo kita perjuangkan negri ini". Jika kamu benar-benar ingin berjuang untuk negeri, mungkin kamu harus rebut kursi-kursi dewan. Setelah kamu memperoleh kursinya tak lama kamu menyaksikan kucuran dana yang lewat di depan mukamu. Di mata kamu mungkin dulu mengambil 10 ribu dari 100 ribu itu tidak akan menyebabkan masalah yang berarti. Sekarang mungkin hanya mengambil 10J dari 1M itu juga tidak akan menyebabkan masalah, mengambil 1M dari 100T juga tidak akan bermasalah, negara juga tidak tiba-tiba lenyap hanya karena kamu mengambil 1T dari 1000T kan?

Sangat sulit menjadi orang yang bersih dan idealis, selalu banyak godaan. Membiarkan seseorang untuk dapat mengulangi kesalahannya hanya karena permintaan maaf, itu bukan sesuatu yang baik. Jika seorang koruptor diperbolehkan untuk kembali mencalonkan diri menjadi seorang pejabat publik dengan argumentasi bahwa hal tersebut tidak melanggar undang-undang dan mengisyaratkan bahwa "jika memang tidak baik ya jangan dipilih, itu semua kembali ke pilihan rakyat", namun sambil mengucapkan itu, dia sangat menyadari bahwa mereka bisa membeli suara rakyat.